Oleh Abdul Talib Mustafa, Ketua Umum PP IPMIL 1986 – 1988
OPINI – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Luwu Utara tahun 2024 menjadi momen penting bagi saya, karena hasil dari Pilkada ini akan sangat memengaruhi perkembangan daerah dalam lima tahun mendatang. Sebagai seseorang yang mengikuti perkembangan politik, saya tertarik pada hasil survei dari dua lembaga kredibel pada tahun 2023 yang menunjukkan kandidat-kandidat potensial jika Pilkada diadakan segera. Salah satu lembaga survei menempatkan AK, SM, dan MF secara berurutan sebagai calon yang paling potensial, sementara lembaga lainnya menempatkan SM, AK, dan MF sebagai yang teratas.
Menjelang Pilkada 2024, pendukung masing-masing calon mulai sibuk mencari formula pasangan ideal. Salah satu yang berkembang adalah wacana pasangan AR – SM atau SM – AR. Beberapa tokoh masyarakat dari Masamba mendatangi saya untuk meminta pandangan terkait formula pasangan tersebut. Saya menyampaikan bahwa pasangan SM – AR lebih ideal, karena berdasarkan hasil survei pada 2023, elektabilitas SM cukup kuat untuk menang. Pandangan ini juga saya sampaikan langsung kepada SM saat makan malam di Rumah Makan Ulu Juku, Baliase, setelah kami mengikuti peringatan HUT Luwu Timur di Malili.
Menjelang pendaftaran calon di KPUD, muncul pasangan SM – TK, AR – JM, serta MF – AS. Tak lama kemudian, AK – FJ juga muncul sebagai pasangan calon. Melihat susunan calon yang ada, saya memberikan analisis di salah satu grup WA bahwa hal ini menjadi pertanda buruk bagi calon-calon asli daerah (putra daerah), karena mereka akan saling berebut suara di kantong suara yang sama. Sementara itu, MF – AS memiliki basis pendukung yang kuat berkat jaringan Indah Putri, bupati yang masih menjabat. Analisis ini kurang diterima oleh Muhlis Balanca, anggota tim pemenangan AR – JM, yang meminta agar saya tidak lagi memberikan komentar serupa. Saya pun menghargai permintaan itu dan berhenti memberi analisis.
Namun, saya tetap merasa tidak nyaman dengan komposisi pasangan calon tersebut, karena yakin bahwa jika ini dibiarkan, MF – AS akan dengan mudah menang. Saya terus mendiskusikan hal ini dengan rekan-rekan WTL, baik langsung maupun melalui grup WA. Salah satu isu utama yang sering dibahas adalah bagaimana caranya mengalahkan MF. Alasan utama untuk mengalahkannya adalah karena dia dinilai berpotensi melanjutkan politik dinasti, di mana setelah istrinya menjabat sebagai bupati, dia yang akan melanjutkan kekuasaan. Jika ini terus terjadi, bukan tidak mungkin dinasti politik ini akan berlanjut ke generasi berikutnya.
Ibu Indah sendiri, sebagai bupati dua periode, tidak memiliki prestasi yang membanggakan. Luwu Utara masih menjadi salah satu daerah termiskin ketiga di Sulawesi Selatan, masalah jalan menuju Seko belum terselesaikan, serta dampak banjir dari Sungai Rongkong, Sungai Radda, dan Sungai Kula tak kunjung diatasi. Jika dinasti politik ini berlanjut, masalah-masalah tersebut berpotensi semakin bertambah. Oleh karena itu, menurut saya, motif MF untuk maju lebih terkait pada kekuasaan daripada kesejahteraan masyarakat.
Dari diskusi-diskusi tersebut, muncul beberapa poin penting:
Namun, kesulitan utama dalam melaksanakan survei ini adalah biayanya yang cukup besar, mencapai sekitar Rp150 juta, menurut Nurhan Tabau. Hingga saat ini, tidak ada kejelasan tentang siapa yang akan menangani survei tersebut, sehingga wacana ini pun perlahan menghilang, dan diskusi di grup WA kembali menjadi tidak berujung.
Kemudian, datanglah informasi bahwa AK dan timnya akan mengadakan silaturahmi dengan WTL di Makassar. Saya menyatakan siap hadir. Silaturahmi tersebut diadakan di sebuah kafe di Jalan Bau Mangga, dan AK menjelaskan alasannya maju dalam Pilkada Luwu Utara, hubungannya dengan Prabowo, sikapnya terhadap pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) Luwu Tengah dan Provinsi Luwu Raya, serta pandangannya mengenai Kedatuan Luwu.
Dalam sesi diskusi, salah satu peserta bertanya kepada AK mengenai peluang kemenangannya. Salah satu anggota tim AK, Sakral, menjelaskan bahwa berdasarkan survei internal, MF berada di urutan pertama, AK di urutan kedua, SM di urutan ketiga, dan AR di urutan keempat. Mendengar hal ini, saya pun berbisik kepada AK untuk mempertimbangkan membangun koalisi dengan SM – TK atau AR – JM, namun AK menjawab bahwa hal itu sulit dilakukan karena komunikasi sudah dilakukan sebelumnya, tetapi tidak ada kesepakatan.
Silaturahmi tersebut diakhiri dengan satu kesepakatan penting: peserta silaturahmi akan mengarahkan dukungan mereka kepada calon WTL yang paling prospektif berdasarkan hasil survei. Hal ini juga menjadi dasar munculnya dukungan di berbagai grup WA WTL.
Berdasarkan deskripsi di atas, berikut adalah pandangan dan sikap saya terhadap Pilkada Luwu Utara 2024:
Hanya dengan pendekatan ini, masyarakat Luwu Utara dapat berharap salah satu putra daerah akan memimpin daerah ini lima tahun ke depan. Sebaliknya, jika ketiga pasangan calon ini tetap bersikeras maju sendiri-sendiri hingga 27 November 2024, hampir dapat dipastikan bahwa yang akan memenangkan Pilkada adalah calon non-putra daerah. (Penulis: ATM)