Semangat Baru Pertanian Luwu untuk Capai Kemandirian Pangan

waktu baca 2 menit
Kamis, 19 Jun 2025 23:52 0 1189 Ahmad Fahreza
 

LUWU — Kabupaten Luwu terus meneguhkan ambisinya menjadi lumbung pangan andalan Sulawesi Selatan. Di tengah keterbatasan infrastruktur pascabencana dan perlambatan luas tanam, pemerintah daerah menggagas percepatan tanam sebagai strategi mendongkrak Indeks Pertanaman (IP) hingga menyentuh angka ideal: IP 300.

Rapat Koordinasi Percepatan Luas Tambah Tanam (LTT) tahun 2025 yang digelar di Ruang Pola Andi Kambo, Kamis (19/6), menjadi ajang konsolidasi para pemangku kebijakan pertanian dari pusat hingga daerah. Hadir dalam forum tersebut, Kepala Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian Kementerian Pertanian, Prof. Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si., sekaligus Ketua Satgas Swasembada Pangan Sulsel.

“Kalau airnya ada, petani siap, dan varietas cepat panen tersedia, mengapa kita tak kejar IP 300? Ini bukan lagi wacana, melainkan peluang nyata,” tegas Prof. Fadjry dalam paparannya, sembari menyoroti potensi varietas unggul berumur kurang dari 100 hari dengan hasil panen hingga 9 ton per hektare.

Namun, ambisi tersebut tak lepas dari berbagai tantangan teknis dan struktural. Wakil Bupati Luwu, Muh. Dhevy Bijak Pawindu, SH., dalam sambutannya mengungkap perlambatan LTT pada April–Mei 2025, yang sebagian besar disebabkan oleh panen raya serta ketergantungan pada sawah tadah hujan yang belum terjangkau jaringan irigasi optimal.

“Kami masih menghadapi dampak kerusakan irigasi akibat banjir bandang dan longsor tahun lalu. Rehabilitasi dan modernisasi pertanian menjadi kunci. Dukungan pemerintah pusat sangat kami harapkan,” ujar Dhevy optimis.

Dari sisi teknis, Kepala Dinas Pertanian Luwu, drh. Jumardin, MP., menyampaikan bahwa luas baku sawah kini mencapai 31.401 hektare, tumbuh signifikan seiring pergeseran komoditas dari kakao ke padi. Namun, ketersediaan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) masih menjadi sorotan, dengan defisit 52 orang dari kebutuhan ideal untuk 227 desa dan kelurahan.

“Banyak PPL terpaksa merangkap wilayah kerja, menangani hingga 3 desa sekaligus. Kolaborasi dan semangat lapangan akan sangat menentukan kesuksesan LTT kita tahun ini,” ungkap Jumardin.

Di tengah keterbatasan, Pemerintah Kabupaten Luwu terus mendorong bantuan pusat berupa benih unggul, seperti varietas Pajajaran dan Cakrabuana, serta penyediaan alat mesin pertanian (alsintan) — mulai dari TR4 hingga combine harvester — sebagai bagian dari percepatan mekanisasi.

Rapat ini tidak hanya menjadi ruang koordinasi teknis, tetapi juga menandai konsolidasi moral seluruh unsur pertanian — mulai dari penyuluh, TNI, POLRI hingga para petani — dalam satu semangat: menjadikan Luwu sebagai pionir pertanian modern dan tangguh di tengah perubahan iklim dan dinamika pangan global. (ech)