TAK ADA yang lebih menghangatkan hati seorang perantau selain momen pulang kampung dan bertemu keluarga besar di tanah kelahiran.
Kampung halaman bukan sekadar tempat, tetapi ruang penuh kenangan, akar budaya, dan cinta yang tak lekang oleh waktu.
Bagi banyak Bija To Parombean yang menetap jauh dari kampung, rindu pada suasana masa kecil, canda tawa keluarga, dan aroma khas tanah leluhur adalah bagian dari keseharian yang tak terelakkan.
Namun, rindu itu kerap harus dipendam karena jarak dan keadaan yang tidak selalu memungkinkan untuk kembali. Kata-kata penghibur dan kenangan manis menjadi penawar sementara, sampai akhirnya datang waktu yang tepat untuk benar-benar pulang.
Tahun 2025 menjadi momen yang sangat dinantikan. Sebuah kegiatan besar bertajuk Reuni Ke-III Kerukunan Keluarga Parombean akan digelar di Enrekang pada tanggal 3 hingga 5 Juni mendatang.
Ini bukan sekadar ajang temu kangen, tetapi juga momentum emas untuk mempererat silaturahmi lintas generasi dan menyusun langkah-langkah strategis demi kemajuan organisasi keluarga besar Parombean.
Dalam semangat kekeluargaan yang hangat, pemerhati dan tokoh muda Parombean, Isra Lian, SH., MH., menyampaikan sebuah usulan draf sebagai bahan diskusi bersama.
Usulan ini bukan hanya sebagai langkah menata organisasi, namun juga sebagai wujud konkret dari rasa cinta terhadap kampung halaman dan keinginan besar untuk membangun masa depan yang lebih baik bersama-sama.
Beberapa poin penting dalam usulan tersebut antara lain:
1. Pemilihan dan Penyusunan Kembali Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Parombean, guna memastikan keberlanjutan organisasi dengan kepengurusan yang solid dan representatif.
2. Penyempurnaan AD/ART serta pembuatan Akta Notaris, agar organisasi memiliki legalitas yang kuat dan dapat terdaftar secara resmi di Kesbangpol di setiap kabupaten yang memiliki perwakilan pengurus.
3. Pembentukan kelompok arisan di wilayah-wilayah yang memiliki lebih dari 10 Kepala Keluarga Parombean, sebagai sarana mempererat solidaritas dan mendukung kebutuhan sosial warga.
4. Pemberian bantuan bulanan kepada guru ngaji di kampung, sebagai bentuk apresiasi atas peran penting mereka dalam mendidik generasi muda.
5. Penetapan donasi tetap untuk menggaji guru ngaji dan guru bahasa Inggris, agar pembelajaran agama dan keterampilan berbahasa bisa terus berkelanjutan di kampung.
6. Pelatihan dan dukungan pemasaran Kopi Parombean ke luar daerah, sebagai upaya pemberdayaan ekonomi lokal dan promosi kekayaan alam kampung sendiri.
Reuni ini, pada akhirnya, bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga tentang membangun masa depan bersama.
Semangat lintas generasi yang hadir dalam acara ini adalah bukti bahwa meski tersebar di berbagai penjuru tanah air, semangat kebersamaan dan cinta terhadap tanah kelahiran tetap menyala di dada setiap anak Parombean.
Mari jadikan Reuni III Kerukunan Keluarga Parombean sebagai titik tolak untuk memperkuat ikatan, memperjelas arah organisasi, dan bersama-sama membawa nama Parombean lebih maju, berdaya, dan membanggakan. (*)